Lebih Efektif
By elha, direktur elhaPro
Sekitar dua tahun yang lalu, tepatnya tanggal 6
Juni 2011, dunia marketing dikejutkan oleh peristiwa unik, yaitu beredarnya
peti – peti mati di kantor – kantor media. Sontak kejadian ini menimbulkan
reaksi yang juga menghentak publik. Selain karena kekhawatiran terhadap teror
yang saat itu emang sedang menjadi pemberitaan media, bagi sebagian kalangan
keranda mayat, peti mati, batu nisan dll memiliki simbolisasi tertentu yang
berdampak tidak baik, meskipun dalam keadaan kosong/polos. Polisi pun turun
tangan, agar masyarakat tidak semakin resah.
Si pengirim peti mati adalah seorang CEO perusahaan
Advertising yang dikenal unik. (jika tidak disebut nyeleneh). Pengiriman peti mati hanyalah
simbol untuk mengatakan jurus-jurus marketing konvensional sudah ketinggalan
jaman, khususnya Advertising.
Memang banyak ‘tokoh’ yang berargumen jika era
saat ini adalah era Marketing Multimedia. Berkembang sarana multimedia dan
semakin bertambahnya jumlah netter mengindikasikan bahwa dunia marketing sudah
bergeser dari ‘konvensional’ ke ranah multi media. Atau dengan kata lain,
marketing konvensional sudah ‘mati’.
Namun demikian, patut dipahami oleh kita semua
adalah bahwa masyarakat, pelanggan, ‘pasar / market’ adalah sebuah entitas atau
populasi yang berisi manusia. Secara etnologi, manusia memiliki keunikan yang
sulit terpecahkan oleh sarana apapun, yaitu suasana hati. Suasana hati tersebut
tidak sepenuhnya dapat ‘terbayar lunas’ oleh perkembangan sosial media,
interaksi yang semakin dekat yang difasilitasi oleh jaringan komunikasi maupun
intervensi audio visual. Suasana hati itu perlu interaksi langsung, kontak
mata, dialog terbuka, keramahan, kearifan tutur kata, senyuman, dan lain
sebagainya. Karena itu, Marketing secara konvensional masih dibutuhkan,
diantaranya (secara parsial) antara lain Advertising, Personal Selling, Direct
Selling, Sales Promotion dan Public Relations.
A.
Personal Selling
William G.
Nickels mendifinisikan personal selling adalah interaksi
antar individu, saling bertemu, muka yang ditujukan untuk menciptakan,
memperbaiki, menguasai dan mempertahankan hubungan pertukaran yang saling
menguntungkan dengan pihak lain.
Winardi (2001, p. 113)
mendefinisikan personal selling sebagai: “interaksi
antar pribadi dan secara tatap muka untuk mencapai tujuan menciptakan,
memodifikasi, mengeksploitasi atau mengusahakan timbulnya suatu hubungan pertukaran
yang saling menguntungkan dengan pihak lain.”
Dapat dikatakan
Personal Selling adalah Interaksi antar individu yang bersifat langsung dan
memiliki tujuan yang saling menguntungkan diantara mereka. Sama seperti
Publikasi dan Advertising (Audio/Visual), Personal selling sering dimasukan
sebagai bagian dari unsur promosi. Kelebihan Personal Selling dibandingkan
dengan Publikasi dan Advertising, diantaranya :
1.
Karena interaksi dilakukan secara langsung, misalnya
dengan dialog terbuka atau presentasi manfaat produk, Personal Selling menjadi
lebih efektif, tepat sasaran dan tidak membutuhkan biaya besar.
![]() |
2. Memotivasi Organisasi / Perusahaan untuk lebih mengenal pelanggan secara langsung, sehingga informasi mengenai pelanggan secara menyeluruh dapat diketahui sepeti : motif pembelian, manfaat yang diinginkan, jenis produk, kemasan, perubahan, harga dan lainya
3.
Mengetahui secara cepat perubahan dan perkembangan
produk yang menjadi objek marketing. Bagaimana kondisi persaingannya, trend
produk yang sedang terjadi, pola pembelian yang diinginkan oleh pelanggan,
misalnya cash and carry, discount, credit dan lainnya
4.
Dapat mengelola secara cepat Objection / Complain yang
terjadi dan mempersempit ruang masyarakat luas untuk menelaah kekurangan produk
yang dipasarkan.
5.
Mendekatkan produk dan perusahaan kepada pelanggan,
sehingga keterlibatan pelanggan akan menjadi faktor penting dalam keberhasilan
produk / perusahaan
Snowball efeectnya
tentu saja Perusahaan akan dimanjakan dalam melakukan analisa pasar, mengembangkan
strategi penjualan, membangun komunikasi dengan pelanggan dan memenangi
persaingan.
Keuntungan lain
dari Personal Selling adalah
·
Aktifitas penjualan dapat lebih
fleksibel karena penjual (Salles person)
mengamati langsung respons pelanggan, sehingga sales approach bisa disesuaikan dengan optimal
·
Transaksi dapat dilakukan secara
langsung bila pelanggan menyatakan ketertarikanya
·
Perusahaan dapat membina hubungan
jangka panjang dengan pelanggannya.
·
Resiko penyampaian pesan yang tidak
sesuai dapat diminimalisir, karena pembeli dapat melakukan dialog langsung
dengan penjual
·
Penjual bisa berfungsi sebagai advisor, membantu pembeli dalam
keputusan membeli.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2OlpOwvag5XSnU5Zi9tFFTsG0z3o_BAMvGW97Qv-wsaYSnYKgbT00R7siB7IwCkTvSK7vip-MNCl-eu_xFjIv6KJitGnYSLhJanvqHVlB_ql91TqnVg-Sy0ZVzfD3pNms5R77XPsho9QU/s1600/Agar+Personal+Selling3.jpg)
Namun bukan berarti Personal Selling tanpa kerugian. Ada beberapa kerugian yang bisa terjadi dari Personal Selling, yaitu :
·
Penjual (salesperson) sebagai
perwakilan penjualan hanya dapat berkomunikasi dengan sejumlah kecil calon
pelanggan
·
Bila sales person belum
berpengalaman, biasanya biaya yang dikeluarkan bisa lebih tinggi, karena
menggunakan tim penjualan yang cukup banyak
·
Perusahaan kesulitan dalam mencari
dan menemukan spesifikasi penjual (personal person) yang diinginkan dalam
pemasaran produk perusahaan.
Jadi, agar pelaksanaan lebih efektif dan
optimal plus meminimalisir kerugianya, ada beberapa tips yang perlu mendapat
perhatian
1. Tidak tegesa – gesa dalam menjual
Mayoritas calon pembeli
tidak suka didekati oleh penjual. Karenanya dalam personal selling tidak
dianjurkan untuk langsung menawarkan produk. Presentasikan kondisi ekonomi
masyarakat, perkembangan saat ini dan masa depan, permasalahan – permasalahan
yang akan dihadapi dan alternatif solusi atas permasalahan – permasalahan tsb.
2. Menggali kebutuhan pelanggan
Dengan uraian kondisi
ekonomi yang uptodate, arahkan
pelanggan untuk menyadari kebutuhan yang (seharusnya) terpenuhi.
3. Empati
Pelanggan lebih nyaman
bila berbicara dengan orang yang mengerti tentang dirinya. Bila ia dari
kalangan bawah, ia pun lebih tertarik berbicara tentang permasalahannya dengan
orang dari kalangan bawah juga. Demikian sebaliknya.
Artinya, ketika pelanggan
sudah menyadari kebutuhan yang harus dipenuhinya, sampaikan rasa empati kita
dalam ungkapan yang disesuaikan dengan keadaan pelanggan. Termasuk penampilan,
cara berpakaian dan tutur kata serta intonasi dalam berbicara
4. Menjual benefit / manfaat, bukan fitur produk
Setelah mempresentasikan
kondisi seperti pada poin 1, 2 dan 3, sampaikan kepedulian perusahaan terhadap
masyarakat dengan menghadirkan solusi tsb dalam bentuk benefit produk.
5. Tema pembicaraan
Yang tak kalah
penting adalah memasuki area psikologi pelanggan dengan cara penggunaan tema
pembicaraan (baik formal ataupun informal).
Bila pelanggan kita
adalah seorang extrovert atau penggemar bola tentu saja akan lebih ‘lepas’
dengan orang yang extrovert atau penggemar bola juga. Sebaliknya jika pelanggan
kita seorang introvert atau penggila game akan lebih suka bicara dengan
introvert atau penggila game juga. Ini disebut ‘Psychology of Selling’ atau
Neuro Language Program (NLP) yaitu teknik mempelajari karakter si calon pembeli
dan teknik ‘adaptasi/ menyesuaikan diri’.
Artikel berikutnya : Direct Selling
0 Komentar untuk "Agar Personal Selling Lebih Efektif"