By elha, direktur elhaPro
“Gaji saya
cuman buat bayar kartu kredit aja….” demikian komentar seorang karyawati
—oooOooo—
Fenomena umum yang terjadi
dikalangan pegawai/karyawan di Indonesia dari sisi ekonomi adalah jumlah
pendapatan yang tidak sebanding dengan kebutuhan. Atau dalam bahasa yang lebih
transparan, nilai salary yang diterima ‘terasa’ sangat kecil dan tidak
mencukupi kebutuhan hidupnya.
gaji bulanan
(republika.doc)
Percaya atau tidak, fenomena
tersebut dijawab dengan ‘anomali’ atau lebih tepatnya paradox perilaku dari
pegawai/karyawan itu sendiri. Sudah menjadi rahasia umum bila populasi kelas
menengah keatas sebagian besar dihuni oleh mereka yang beraktifitas bukan ranah
kepegawaian/bikrokasi. Secara logical formal atau kalkulasi matematis, dengan
penghasilan sebesar Rp. 5 juta/bulan, atau sebesar-besarnya Rp. 10 juta/bulan
sulit bagi sebuah keluarga untuk menapaki level kelas rapat atas. Apalagi bila
pendapatan keluarga tsb dibawah Rp. 5 juta/bulan.
Dari analisa sederhana, rata-rata
pengeluaran keluarga :
- Belanja rutin bulanan Rp. 400.000,- untuk sayur mayur dan buah-buahan
- Belanja rutin bulanan Rp. 1.000.000,- untuk kebutuhan dapur non sayur/buah
- Biaya listrik & telepon Rp. 600.000,-
- Voucher HP Rp. 200.000,-
- Retribusi warga Rp. 100.000,-
- Biaya sekolah anak Rp. 200.000,-
- Transportasi Rp. 500.000,-
- Makan di kantor Rp. 300.000,-
- Rumah Rp. 1.000.000,- (baik cicilan atau kontrak rumah)
- Tak terduga 10% Rp. 500.000,-
Total
pengeluaran Rp. 4.800.000,-
Mungkin diantara kita akan berfikir
kritis bahwa pengeluaran yang terpampang diatas relative lebih kecil
dibandingkan dengan pengeluaran sesungguhnya, terutama bagi mereka yang
menyekolahkan anaknya di sekolah swasta, atau mereka yang memiliki anak sekolah
di tingkat SMP atau SMA atau bahkan kuliah. Justru disini anomali jawaban
itu muncul.
Jika memang pengeluaran diatas Rp. 5
juta, atau dua kali lipatnya, atau memiliki penghasilan dibawah pengeluaran
tersebut, mengapa kita masih saja bermain dengan masalah tersebut. Berulang dan
terus berulang.
Lalu bagaimana agar gaji kita mampu mengcover kebutuhan hidup atau bahkan
bisa bertahan hingga 3 bulan….?
Solusinya sangat simpel dan
sederhana. Pembaca tinggal memilih salah satu diantara alternative choises,
beberapa atau boleh seluruhnya.
- Bekukan pendapatan/gaji
- Tingkatkan penghasilan
- Kurangi pengeluaran
Cara 1, membekukan pendapatan dengan
memasukannya dalam plastic dan simpan dalam freezer. Insya pendapat akan utuh
selama 3 bulan
Cara 2, meningkatkan pendapatan
dengan side jobs atau usaha lain yang tidak menggangu main job
Cara 3, membuat skala prioritas
kebutuhan, dengan mendahulukan kebutuhan very urgent, urgent dan ordinary serta
lainnya (bahasanya elha_nya kebutuhan luxury)
Metode 1 rasanya sulit ya. Karena
tidak mungkin membekukan uang gaji secara vulgar seperti itu. Metode 2 sangat
masuk akal, karena hanya dengan meningkatkan penghasilan maka semua kebutuhan
akan terpenuhi. Namun cara ini tidak bisa menjangkau semua insan, mengingat
membuka usaha memerlukan modal dan kemauan. Konsep yangb ketiga adalah langkah
yang paling efektif dan dapat dijalankan oleh siapa saja.
Disadari atau tidak pengeluaran kita
lebih banyak pada kebutuhan-kebutuhan luxury. Kebutuhan yang sebenarnya bisa
ditunda atau di substitute dengan yang lain yang relative lebih terjangkau.
Atau bahkan jika kita mau jujur dan sedikit terbuka, akan terkuak bahwa
pengeluaran yang menghabiskan sebagian besar uang gaji kita ada pada tataran
‘KEINGINAN’. Secara konseptual dan factual keinginan sangat
berbeda dengan kebutuhan. Keinginan lebih kepada ajakan ‘nafsu’ untuk memiliki
atau memenuhi hasrat. Sedangkan kebutuhan adalah sesuatu yang memang harus
dipenuhi.
Promo
Belanja Yang Menarik (photo dari indocashregister.com)
Dari pengalaman sehari-hari, misalnya
belanja di pasar tradisional, minimarket, supermarket, swalayan, jalan-jalan
atau aktifitas diluar rumah lainnya, mana yang lebih mendominasi 1. Kebutuhan
yang sudah tercatat, atau 2. Kebutuhan (baca : keinginan) tiba-tiba saat
dilokasi atau diperjalanan…??
Discount price, hadiah atas
pembelian suatu produk, promo buy 1 get 1 free, point rewards, lounching produk
baru, emosi hati dengan belanjaan orang lain dan kondisi lainnya adalah godaan
yang sangat dominan mempengaruhi ‘penyimpangan’ pengeluaran belanja kita.
Karena itu, agar bisa efektif
menjalankan metode ketiga, mengurangi pengeluaran adalah dengan cara sbb :
- Buat skala prioritas kebutuhan dari yang very urgent, urgent, ordinary dan luxury
- Buat catatan khusus tentang segala sesuatu yang harus dibeli, ditunda dan dibatalkan
- Pastikan setiap belanja untuk membaca catatan barang atau produk yang harus dibeli dengan uang pas (atau debit)
- Sebisa mungkin memprioritaskan penggunaan kartu kredit hanya keperluan mendesak
- Yang tak kalah penting adalah jangan laper mata dan jangan terpancing emosi dengan teman, tetangga atau orang lain yang membeli produk yang tidak terlalu kita butuhkan
- Kalau bisa, targetkan agar setiap bulan ada dana yang di-saving dalam tabungan khusus
- Sisihkan sebagian untuk biaya darurat seperti biaya dokter dll, yang bila tidak digunakan dapat dimasukan dalam tabungan khusus
Bila semua itu kita jalankan, Insya
Allah gaji kita akan cukup selama tiga bulan (bagi yang mampu). Atau
setidak-tidaknya tidak terjebak dalam ketimpangan pendapatan atau terjerembab
dalam ‘kubangan’ keinginan yang tak tentu.
0 Komentar untuk "Tips Agar Gaji Cukup untuk 3 Bulan"